Kamis, 02 April 2015

Pembeli Kayu Gaharu 2015 - 2016

Pembeli Kayu Gaharu 2015 - 2016
Pembeli Kayu Gaharu 2015 - 2016 Kepada rekan-rekan  Suplier  Kayu Gaharu diseluruh Indonesia, Kami Sebagai pembeli kayu Gaharu siap melakukan kerjasama dengan sistem pembelian Tunai dari kayu Gaharu yang anda miliki.

Jika anda memiliki kayu gaharu dari alam jangan sungkan untuk mengontak kami. Kami akan memberikan informasi yang anda butuhkan. Semoga dengan adanya blog ini para petani tidak kesulitan untuk menjual kayu gaharu milikinya dengan harga yang pantas dan sesuai dengan harga pasar.

Untuk Tahap Pertama, prioritas kami adalah membeli :
1. Kayu Gaharu Super Alam
2. Selanjutnya Kelas dibawahnya

Untuk Lebih jelas silahkan Hubungi di 0812 20 421 431  ( Tidak SMS).

N. Ramdani
Labsain Edu Media

Jln. Nagrog No. 11 A Ujungberung Bandung
Jawa Barat - Indonesia



-------------------------------------------------------------------------------------------






























.Please Read this Inform
Pembeli Kayu Gaharu 2015 - 2016 Break even atau titik impas sampai saat ini belum bisa diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia secara pasti. Hal ini dikarenakan belum adanya kesepakatan tentang pengertian break even oleh pakar. Masih adanya perbedaan-perbedaan tentang pengertian break even ini.  Berikut ini beberapa definisi break even menurut pakar-pakar ekonomi dalam literaturnya.  Menurut L.M Samryn (2001:168) dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Manajerial” Analisis break even adalah:
“ Titik Impas adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau sebagi titik dimana total margin kontribusi sama dengan total biaya tetap”.
Menurut Charles T. Horngren, Srikant M Datar, dan Gorge Foster  (2003:75) mendefinisikan break even dalam buku terjemahan “Akuntansi Biaya: Penekanan Manajerial” sebagai berikut:
“ Titik impas (break even point) adalah volume penjualan dimana pendapatan dan jumlah bebannya sama, tidak terdapat laba maupun rugi bersih”.
Menurut Hansen dan Mowen (2005:274) dalam buku terjemahan “Management Accounting” break even point adalah:
“ Break even point adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan nol”.
Pembeli Kayu Gaharu 2015 - 2016 Dari beberapa uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa analisis break even point adalah suatu cara atau alat atau tekhnik yang digunakan untuk mengetahui volume kegiatan produksi (usaha) dimana dari volume produksi tersebut perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita rugi.
Dengan mengetahui titik impasnya (Break Even Point), manajer suatu perusahaan dapat mengindikasikan tingkat penjualan yang disyaratkan agar terhindar dari kerugian, dan diharapkan dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk masa yang akan datang. Dengan mengetahui titik impas ini, manajer juga dapat mengetahui sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih oleh perusahaan yang dipimpinnya.
2.2. Asumsi-asumsi dalam Analisis Break Even
Ada beberapa asumsi dalam analisis break even yang tercermin dalam anggaran perusahaan masa yang akan datang. Menurut Henry Simamora (1999:160) dalam bukunya “Akuntansi Manajemen” asumsi-asumsi penting tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
    1. Seluruh jenis biaya dapat diklasifikasikan menjadi biaya tetap atau biaya variabel. Apabila ada biaya campuran, maka biaya tersebut harus dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
    2. Fungsi biaya total terbentuk garis lurus. Sudah pasti asumsi ini menganggap hanya benar apabila perusahaan berproduksi dalam kisar relevan (relevant range).
    3. Fungsi pendapatan total juga berbentuk garis lurus. Garis ini diharapkan bahwa harga jual per unit adalah konstan untuk seluruh volume penjualan yang mungkin.
    4. Analisis terbatas pada satu jenis produk. Apabila perusahaan menjual lebih dari satu produk maka dianggap bahwa kombinasi penjualan adalah konstan.
    5. Persediaan awal sama dengan persediaan akhir. Asumsi ini berarti bahwa seluruh pengeluaran ditahun tertentu untuk memperoleh atau memproduksi barang dilaporkan sebagai biaya yang ditandingkan dengan pendapatan di laporan rugi-laba tahun tersebut.
    2.3. Penggolongan Biaya
Pada umumnya pola perilaku biaya diartikan sebagai hubungan antara total biaya dengan perubahan volume kegiatan. Berdasarkan perlakuannya dalam hubungannya dengan volume kegiatan, menurut Mulyadi (1991:507) dalam bukunya “Akuntansi Biaya” biaya dapat menjadi tiga golongan, yaitu:
    1. Biaya Tetap 
Pembeli Kayu Gaharu 2015 - 2016 Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu. Biaya tetap per satuan berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan. Biaya tetap atau biaya kapasitas merupakan biaya untuk mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu. Besar biaya tetap dipengaruhi oleh kondisi perusahaan jangka panjang, tekhnologi dan metode serta strategi manajemen. Contoh biaya tetap diantaranya; depresiasi, bunga, gaji, sewa.
    2. Biaya Variabel 
                      Adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya variabel per unit konstan (tetap, semakin besar volume kegiatan semakin besar pula biaya totalnya, sebaliknya semakin kecil biaya volume kegiatan, semakin kecil pula biaya totalnya). Biaya bahan baku merupakan contoh biaya variabel yang berubah sebanding dengan perubahan volume produksi. Ada jenis biaya variabel yang perilakunya bertingkat (step like behavior) yang mempunyai perilaku sebagai step variable cost. Contoh biaya variabel cost; material, upah buruh.
    3. Biaya Semi Variabel 
Pembeli Kayu Gaharu 2015 - 2016 Adalah biaya yang memiliki unsur biaya tetap dan biaya variabel didalamnya. Unsur biaya tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk penyediaan jasa, sedangkan unsur variabel merupakan bagian dari biaya semi variabel yang dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. Contoh biaya semi variabel; selling expenses, administrasi dan umum, biaya perawatan dan perbaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar