Selasa, 05 November 2013

Pembeli Gaharu Super Terkini di China

Pembeli Gaharu Super Terkini di China
Pembeli Gaharu Super Terkini di China Kepada rekan-rekan  Suplier  Kayu Gaharu diseluruh Indonesia, Kami Sebagai pembeli kayu Gaharu siap melakukan kerjasama dengan sistem pembelian Tunai dari kayu Gaharu yang anda miliki.

Jika anda memiliki kayu gaharu dari alam jangan sungkan untuk mengontak kami. Kami akan memberikan informasi yang anda butuhkan. Semoga dengan adanya blog ini para petani tidak kesulitan untuk menjual kayu gaharu milikinya dengan harga yang pantas dan sesuai dengan harga pasar.

Untuk Tahap Pertama, prioritas kami adalah membeli :
1. Kayu Gaharu Super Alam
2. Selanjutnya Kelas dibawahnya

Untuk Lebih jelas silahkan Hubungi di 0812 20 421 431  ( Tidak SMS).

N. Ramdani
Labsain Edu Media

Jln. Nagrog No. 11 A Ujungberung Bandung
Jawa Barat - Indonesia



-------------------------------------------------------------------------------------------
































.Please Read this Inform
1    Pembeli Gaharu Super Terkini di China Bird-in-the hard Theory Salah satu asumsi dari teori M-M menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor. Sementara itu menurut Gordon dan Lintner (1956) (dalam Brigham dan Houston 1997) tingkat keuntungan yang disyaratkan akan naik apabila pembagian dividen dikurangi, karena investor lebih yakin terhadap penerimaan dividen daripada kenaikan nilai modal (capital gain) yang akan dihasilkan dari laba ditahan. Pendapat Gordon dan Lintner (1956) oleh M-M diberi nama Bird in the Hand Fallacy. Gordon dan Lintner beranggapan investor memandang bahwa satu burung ditangan lebih berharga daripada seribu burung di udara, namun M-M berpendapat bahwa tidak semua investor berkepentingan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka di perusahaan yang sama dengan memilki resiko yang sama, Pembeli Gaharu Super Terkini di China oleh sebab itu tingkat resiko pendapatan mereka di masa yang akan datang bukannya ditentukan oleh kebijakan dividen tetapi ditentukan oleh tingkat resiko investasi baru.
2    Tax Differential Theory Adalah suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains maka para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Beberapa kendala yang dihadapi oleh perusahaan dalam membagikan

dividen adalah:
1    Kas yang Tidak Mencukupi Dana perusahaan yang likuid harus dikaitkan dengan utang-utang dan persediaan, jika tidak maka perusahaan akan mengalami kesulitan likuiditas pada saat perjanjian telah ditetapkan.
2    Pembeli Gaharu Super Terkini di China Hambatan Kontrak Karena kesulitan likuiditas atau pembiayaan, kreditur mungkin mensyaratkan pembatasan dividen sehubungan dengan perjanjian utang yang telah dibuat. Dalam kondisi seperti ini perusahaan akan menyetujui kontrak pembatasan dividen untuk menahan labanya agar dapat meningkatkan modalnya (Debt to Equity Ratio) dan agar dapat meningkatkan likuiditas perusahaan dalam pembayaran bunga yang telah ditetapkan.
3    Aspek Legal Pembayaran dividen dapat dikaitkan dengan persyaratan tertentu, misalnya batasan laba ditahan yang harus dipenuhi sebelum melakukan pembayaran dividen agar perusahaan tidak menyesatkan investor karena informasi yang dikandung oleh dividen akan memberikan tanda bagi para investor. Informasi tersebut akan digunakan sebagai pedoman dalam melakukan transaksi jual beli saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam menentukan

keputusan bahwa perusahaan akan membayarkan dividend dan tidak akan menahan laba antara lain (Weston dan Copeland, 1997) :
1    Undang-Undang Mengenai peraturan laba bersih yang menyatakan bahwa dividen dapat dibayar dari laba saat ini atau laba tahun lalu. Adanya larangan pengurangan modal untuk membayar dividen, hal ini dimaksudkan untuk melindungi pemberi kredit. Peraturan kepailitan yang menyatakan bahwa jika perusahaan membayar dividen pada kondisi pailit artinya dana tersebut berasal dari pemberi kredit bukan dari laba bersih.
2    Posisi Likuiditas Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha. Laba ditahan tahun-tahun lalu biasanya sudah diinvestasikan Pembeli Gaharu Super Terkini di China dalam bentuk pabrik dan peralatan, persediaan, dan aktiva lainnya, dengan kata lain laba tersebut tidak disimpan dalam bentuk kas. Jadi meskipun suatu perusahaan mempunyai catatan mengenai laba, perusahaan mungkin tidak dapat membayar dividen karena posisi likuiditasnya.
3    Kebutuhan Pelunasan Hutang Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis pembiayaan lain, perusahaan menghadapi dua pilihan. Pilihan tersebut adalah perusahaan dapat membayar hutang itu pada saat jatuh tempo dan menggantikannya dengan jenis surat berharga lain, atau perusahaan dapat memutuskan untuk melunasi hutang tersebut. Jika keputusannya adalah membayar hutang tersebut maka ini biasanya perlu penahanan laba.
4    Pembatasan Dalam Perjanjian Hutang Dividen pada masa yang akan datang hanya dapat dibayar dari laba yang diperoleh sesudah perjanjian hutang Pembeli Gaharu Super Terkini di China (jadi dividen tidak dapat dibayar dari laba tahun-tahun lalu). Dividen tidak dapat dibayarkan apabila modal kerja (aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar) dibawah suatu jumlah yang telah ditentukan. Perjanjian hutang, khususnya hutang jangka panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
5    Tingkat Ekspansi Aktiva Semakin cepat suatu perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai ekspansi aktivanya. Jika kebutuhan dana dimasa depan semakin besar, maka perusahaan cenderung untuk menahan laba daripada membayarnya.
6    Tingkat Laba Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan relative untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham atau menahan laba tersebut yang digunakan untuk keperluan perusahaan.
    7.    Pembeli Gaharu Super Terkini di China Stabilitas Laba Suatu perusahaan yang memiliki laba stabil seringkali dapat memperkirakan berapa besar laba dimasa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung membayar dividen dengan persentase yang lebih tinggi daripada perusahaan yang labanya berfluktuasi. Perusahaan yang tidak stabil, tidak yakin apakah laba yang diharapkan pada tahun-tahun yang akan datang dapat tercapai sehingga perusahaan akan lebih cenderung menahan sebagian besar laba saat ini. Dividen yang lebih rendah akan lebih mudah untuk dibayarkan apabila laba menurun pada masa yang akan datang.
7    Akses ke Pasar Modal Perusahaan yang besar dan telah berjalan baik serta mempunyai catatan profitabilitas dan stabilitas, akan mempunyai akses yang mudah ke pasar modal. Sedangkan perusahaan yang baru, kecil dan bersifat mencoba akan lebih banyak mengandung resiko bagi penanam modal potensial. Pembeli Gaharu Super Terkini di China Kemampuan perusahaan untuk menaikkan modalnya atau dana pinjaman dari pasar modal akan terbatas dan perusahaan seperti ini harus menahan lebih banyak laba untuk membiayai operasinya. Jadi perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil atau perusahaan yang baru.
8    Kendali Perusahaan Pentingnya pembiayaan internal dalam usaha untuk mempertahankan kendali perusahaan, akan memperkecil pembayaran dividen.
9    Posisi Pemegang Saham sebagai Pembayar Pajak Posisi pemilik perusahaan sebagai pembayar pajak akan sangat mempengaruhi keinginannya untuk memperoleh dividen.
10    Pajak Atas Laba yang Diakumulasikan Secara Salah Untuk mencegah pemegang saham yang hanya menggunakan perusahaan sebagai perusahaan penyimpan uang yang dapat digunakan untuk menghindari tarif penghasilan pribadi yang tinggi, peraturan perpajakan perusahaan menentukan suatu pajak tambahan khusus terhadap penghasilan yang diakumulasikan secara tidak benar. Setyawan (1995) mengelompokkan berbagai faktor yang mempengaruhi

kebijakan pembagian dividen menjadi 2 faktor, yaitu :
     a.    Pembeli Gaharu Super Terkini di China Faktor Internal Faktor internal adalah faktor dari dalam perusahaan yang mempengaruhi kebijakan pembagian dividen, misalnya: likuiditas perusahaan, tingkat laba, dan kemampuan untuk meminjam dana.
     b.    Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan pengaruh yang berasal dari luar perusahaan, misalnya: pajak atau capital gain, akses ke pasar modal dan peraturan yang berlaku.

2.1.4 Return On Asset (ROA)
Pihak manajemen akan membayarkan dividen untuk memberikan sinyal mengenai keberhasilan perusahaan membukukan profit (Wirjolukito et al, 2003). Dengan demikian profitabilitas mutlak diperlukan untuk perusahaan apabila hendak membayar dividen. Untuk ukuran profitabilitas menggunakan 2 (dua) rasio, yaitu : Return on Invesment (ROI) dan Return on Equity (REO). ROA merupakan tingkat pengembalian investasi atas investasi perusahaan pada aktiva tetap yang digunakan operasi. Sedangkan Return on Equity (ROE) merupakan tingkat pengembalian atas ekuitas pemilik perusahaan. Ekuitas pemilik adalah jumlah aktiva bersih perusahaan. Dalam penelitian ini, profitabilitas diukur dengan Pembeli Gaharu Super Terkini di China Return on Asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian investasi (retrun) semakin besar. Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa return yang diterima oleh investor dapat berupa pendapatan dividen (dividen yield), dan capital gain. Dengan demikian meningkatnya ROA juga akan meningkatkan pendapatan dividen (terutama cash dividend). Seperti yang diungkapkan Suharli dan Oktorina (2005) bahwa tingkat profitabilitas yang diukur melalui Return on Asset mempengaruhi dividen secara positif. Menurut Yuniningsih (2002) Return On Asset (ROA) dapat dirumuskan sebagai berikut :
EAT ROA = Tot.Investasi
2.1.5 Leverage Keuangan
Pembeli Gaharu Super Terkini di China Leverage merupakan istilah yang digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan didalam memenuhi seluruh kewajiban financial suatu perusahaan. Faktor hutang mempengaruhi kebijakan perusahaan dalam pembayaran dividen pada shareholder. Dalam penelitian ini leverage menggunakan rasio DER. Rasio hutang perusahaan berupa Debt Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini, menunjukkan semakin besar kewajibannya dan begitu juga sebaliknya. Peningkatan hutang ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang sahan, artinya tingginya kewajiban perusahaan akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan dalam membayar dividenn. Rozeff (1982) menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat solvabilitas permodalan yang tinggi cenderung memiliki rasio pembayaran rendah untuk mengurangi biaya yang berkaitan Pembeli Gaharu Super Terkini di China dengan transaksi pembiayaan eksternal. Selain itu, ada beberapa perjanjian hutang yang membatasi pembayaran dividen. Menurut Yuniningsih (2002) Debt to Equity Ratio (DER) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Total Hutang DER = Ekuitas
2.1.6 Likuiditas
Likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan melunasi seluruh kewajiban jangka pendeknya (Karnadi, 1997) dan mendanai operasional usaha (Suharli, 2004). Hanya perusahaan yang memiliki likuiditas baik yang akan membagikan labanya kepada pemegang saham dalam bentuk tunai. Sebaliknya, pihak manajemen perusahaan akan menggunakan potensi likuiditas yang ada untuk melunasi kewajiban jangka pendek atau mendanai operasi perusahaannya.
Penelitian ini memproksikan likuiditas perusahaan dengan Current Ratio. Current Ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas (liquidity ratio) yang dihitung dengan membagi aktiva lancar (current assets) dengan hutang atau kewajiban lancar (current liability). Semakin besar current ratio menunjukkan semakin tinggi Pembeli Gaharu Super Terkini di China kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dan tingginya current ratio menunjukkan keyakinan investor terhadap kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen yang dijanjikan (Marlina dan Clara Danica, 2009). Dengan kata lain, ada pengaruh signifikan positif antara current ratio terhadap pembayaran dividen. Menurut Yuniningsih Current Ratio (CR) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Aktiva Lancar CURRENT RATIO = Hutang Lancar
2.1.7 Ukuran Perusahaan
Perusahaan yang besar biasanya mempunyai akses yang lebih baik ke pasar modal dan lebih mudah untuk meningkatkan dana dengan biaya yang lebih rendah serta lebih sedikitnya kendala dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Selain itu perusahaan besar lebih mungkin untuk mampu membayar dividen lebih tinggi ke pemegang saham. Ada beberapa ukuran berbeda dari ukuran perusahaan Pembeli Gaharu Super Terkini di China (misalnya jabatan, penjualan, asset dan capitalisasi). Di dalam penelitian ini, untuk menentukan ukuran perusahaan adalah dengan log natural dari total aktiva (Farinha, 2002).
2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengaruhnya Terhadap Dividend Payout Ratio
2.2.1 Pengaruh Return on Asset (ROA) dengan Dividend Payout ratio (DPR)
Return on Asset (ROA) merupakan tingkat pengembalian investasi atas investasi perusahaan pada aktiva tetap yang digunakan untuk operasi. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian investasi (return) semakin besar. Return yang diterima oleh investor dapat berupa pendapatan dividen (dividen yield), dan capital gain. Dengan demikian meningkatnya ROA juga akan meningkatkan pendapatan dividen (terutama cash dividend).
Parthington (1989) secara eksplisit menunjukkan bahwa profitabilitas (earning after tax) dan asset merupakan variabel yang penting sebagai dasar pertimbangan para manajer perusahaan dalam rangka menentukan kebijakan dividen. Meningkatnya profitabilitas yang dicapai perusahaan akan meningkatkan harapan investor untuk memperoleh pendapatan dividen yang lebih tinggi pula (Parthington, 1989). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio.
2.2.2 Pengaruh Debt Equity Ratio (DER) dengan Dividend Payout ratio (DPR)
Debt Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban. Oleh karena itu semakin rendah Debt Equity Ratio (DER), semakin tinggi kemampuan perusahaan membayar seluruh kewajiban (Sutrisno, 2001). Pembeli Gaharu Super Terkini di China Penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan akan menyebabkan perusahaan harus menanggung beban tetap berupa bunga dan cicilan hutang. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan dalam struktur modal maka semakin besar pula kewajiban (beban tetap) yang ditanggung oleh perusahaan yang bersangkutan. Peningkatan hutang akan mempengaruhi besar kecilnya keuntungan bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima, karena kewajiban (beban tetap) tersebut lebih diprioritaskan daripada pembagian dividen.
Prihantoro (2002) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat DER berarti komposisi hutang juga semakin tinggi, maka mengakibatkan semakin rendahnya kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Dengan demikian Debt Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dengan Dividen Payout Ratio (DPR).
2.2.3 Pengaruh Current Ratio dengan Dividend Payout ratio (DPR)
Pembeli Gaharu Super Terkini di China Current Ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas (liquidity ratio) yang dihitung dengan membagi aktiva lancar (current assets) dengan hutang atau kewajiban lancar (current liability). Semakin besar current ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Sebagaimana cash ratio, makin tingginya current ratio juga menunjukkan keyakinan investor terhadap kemampuan perusahaan membayar dividen yang dijanjikan (Marlina dan Clara Danica, 2009). Dengan kata lain, ada pengaruh signifikan positif antara current ratio terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).
2.2.4 Pengaruh Size dengan Dividend Payout ratio (DPR)
Ukuran perusahaan mencerminkan bahwa suatu perusahaan yang mapan dan besar memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal, sedangkan perusahaan kecil sebaliknya. Perusahaan yang dapat dengan mudah mengakses ke pasar modal maka perusahaan tersebut akan mampu mendapatkan dana dalam waktu yang relatif cepat. Oleh karena itu, perusahaan dengan ukuran yang lebih Pembeli Gaharu Super Terkini di China besar diperkirakan akan memiliki kemampuan untuk menghasilkan earning yang lebih besar, sehingga akan mampu membayar dividen yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil (Hatta, 2002). Dengan demikian ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)
2.2.5 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu tentang kebijakan dividen telah dilakukan antara lain oleh :
1    Parthington ( 1989 ) dalam penelitiannya menunjukkan beberapa variabel yang mempengaruhi penentuan dividen yaitu : (1) profitabilitas, (2) stabilitas dividend dan earning, (3) likuiditas dan cash flow, (4) investasi, dan (5) pembiayaan. Hasil dari penelitian tersebut adalah stabilitas dividend dan earning merupakan variabel yang penting mempengaruhi preferensi investor untuk memperoleh dividen.Pembeli Gaharu Super Terkini di China  Sedangkan variabel likuiditas dan investasi berada pada tingkat dibawahnya. Namun variabel pembiayaan merupakan variabel yang tidak signifikan berpengaruh terhadap dividen.
2    Michell Suherli dan Sofyan S. Harahap meneliti faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan yang listing di BEJ dengan variabel likuiditas, firm size, growth, stock price, invesment dan capital structure sebagai variabel independen. Hasilnya menunjukkan bahwa likuiditas dan firm size saja yang mempengaruhi penentuan jumlah kebijakan dividen.
3    Penelitian yang dilakukan Lisa Marlina dan Clara Danica (2009), yang berjudul “ Analisis pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Return On Asset terhadap Dividend Payout Ratio “. Hasil pengujiannya adalah variabel cash position dan return on asset berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio, sedang kan debt to equity ratio tidak berpengaruh.
4    Penelitian yang dilakukan oleh Andi Syahbana (2006) yang berjudul “ Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kebijakan Pembeli Gaharu Super Terkini di China Dividen Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta 2003-2005 “. Pengujian ini menggunakan variabel Return On Asset, Cash Ratio, DTA, Growth, dan size. Hasil dari penelitian ini adalah hanya variabel ROA dan DTA yang berpengaruh signifikan terhadap Dividen Payout Ratio
5    Sutrisno (2001) dengan judul penelitian “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Publik di Indonesia”. Penelitian ini menggunakan 148 perusahaan sebagai sampel. Variabel penelitian yang digunakan adalah Cash Position, Growth Potential, Firm size, Debt to Equity Ratio, Profitability. Dari hasil pengujian tersebut diperoleh hasil yang berpengaruh secara signifikan terhadap Dividen Payout Ratio adalah variabel Cash Position dan DER.
    6.    Sunarto dan Andi Kartika ( 2003 ) dengan judul penelitian yang berjudul “ Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Dividen Kas Di Bursa Efek Jakarta”. Menyebutkan bahwa variabel independent yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen adalah Return On Investment ( ROI ), Cash
    Ratio, Pembeli Gaharu Super Terkini di China Current Ratio, Debt to Total Assets, dan Earning Per Share ( EPS ). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hanya EPS yang berpengaruh signifikan terhadap dividen tunai sementara ke empat variabel independent lainnya yaitu Cash Ratio, Current Ratio, DTA, dan ROI tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan.
6    Penelitian yang dilakukan oleh Aruna Wirjolukito,Herman Yanto dan Sandy yang berjudul “Faktor-faktor yang Merupakan Pertimbangan dalam Keputusan Pembagian Dividen : Tinjauan Terhadap Teori Persinyalan Dividen Pada Perusahaan Go Public di Indonesia. Pengujian ini menggunakan variabel arus kas, investasi, skala perusahaan dan leverage. Pembeli Gaharu Super Terkini di China Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel arus kas, investasi, skala perusahaan dan leverage berpengaruh terhadap dividen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar