Rabu, 21 Agustus 2013

Pembeli Kayu Gaharu di Thailand

Pembeli Kayu Gaharu di Thailand
Pembeli Kayu Gaharu di Thailand Kepada rekan-rekan  Suplier  Kayu Gaharu diseluruh Indonesia, Kami Sebagai pembeli kayu Gaharu siap melakukan kerjasama dengan sistem pembelian Tunai dari kayu Gaharu yang anda miliki.

Jika anda memiliki kayu gaharu dari alam jangan sungkan untuk mengontak kami. Kami akan memberikan informasi yang anda butuhkan. Semoga dengan adanya blog ini para petani tidak kesulitan untuk menjual kayu gaharu milikinya dengan harga yang pantas dan sesuai dengan harga pasar.

Untuk Tahap Pertama, prioritas kami adalah membeli :
1. Kayu Gaharu Super Alam
2. Selanjutnya Kelas dibawahnya

Untuk Lebih jelas silahkan Hubungi di 0812 20 421 431  ( Tidak SMS).

Labsain Edu Media

Jln. Nagrog No. 11 A Ujungberung Bandung
Jawa Barat - Indonesia


---------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------------------------------
                --------------------------------------------------------------------------------
                        -------------------------------------------------------------------------------------
                                        ----------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------

Pembeli Kayu Gaharu di Thailand oleh hutang sedangkan untuk perusahaan sektor keuangan non perbankan periode tahun 2003-2005, 30-45 % perusahaan lebih memilih untuk menggunakan modal sendiri dengan proporsi yang lebih besar dibanding dengan jumlah hutang. Namun, apabila dikaitkan dengan nilai yang tercermin dalam harga saham, tampaknya hal ini belum merupakan jaminan kepastian antara naiknya proporsi modal sendiri dengan naiknya harga saham. Misalnya untuk Bank Mega yang meski proporsi modal sendiri terus menurun dari tahun 2003-2005, namun harga saham justru naik pada tahun 2004-2005 Begitu pula dengan Trust Finance, meskipun pada periode 2003-2004 proporsi modal sendiri turun sebesar 28% namun harga saham tahun 2005 naik drastis hingga 56% dibandingkan harga saham tahun 2004. Pembeli Kayu Gaharu di Thailand Asuransi Harta Aman, yang meskipun modal sendiri terus menurun sebesar 7 % pada tahun 2004-2005, justru harga saham tahun 2005 meningkat 17% dibandingkan harga saham tahun 2004..
Pembeli Kayu Gaharu di Thailand Fenomena ini tampaknya masih menjadi topik menarik dalam pengamatan beberapa pemerhati ekonomi. Menurut Aliansyah (2001:8), dalam teori struktur modal dijelaskan apakah terdapat pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan jika keputusan investasi dan kebijakan deviden diasumsikan konstan. Dengan kata lain, seandainya perusahaan memilih hutang sebagai ganti modal sendiri (ekuitas) atau sebaliknya, apakah nilai saham akan berubah apabila perusahaan tidak merubah keputusan-keputusan keuangan lainnya. Masih menurut Aliansyah (2001:8), apabila perusahaan merubah struktur modal ternyata nilai perusahaan juga akan berubah, maka akan diperoleh struktur modal yang terbaik, karena lambat laun akan memaksimumkan nilai saham.
Banyaknya pengamat keuangan yang berminat meneliti mengenai struktur modal menimbulkan berbagai teori struktur modal yang sampai saat ini masih diperdebatkan. Pembeli Kayu Gaharu di Thailand Dimulai pada tahun 1952, David Durand mengemukakan bahwa perhitungan nilai perusahaan dapat dilakukan dengan 3 pendekatan, yaitu pendekatan laba bersih, pendekatan pendapatan operasional, dan tradisional. Berikutnya pada tahun 1958, Modigliani-Miller yang dikenal sebagai peletak dasar teori struktur modal menyatakan bahwa struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Dalam perkembangannya, pada tahun 1963, Modigliani-Miller memasukkan unsur pajak yang menjadikan teori bahwa jika ada pajak, struktur modal menjadi tidak relevan, karena bunga yang dibayarkan akibat menggunakan hutang dapat mengurangi penghasilan kena pajak. Nilai perusahaan akan maksimum, jika hutang perusahaan 100% dan semakin banyak hutang adalah semakin baik.
Pembeli Kayu Gaharu di Thailand Seperti dikutip dalam Hermendeito (2003) yang menyatakan bahwa beberapa studi empiris juga menunjukkan hasil yang bertentangan dengan teori Modigliani-Miller, diantaranya adalah Litzenberger dan Ramaswamy (1979;1982), Poterba & Summers (1984), Busaer & Hess(1986), Trzcinka (1982), Chang & Rhee (1990). Koch & Shenoy (1999) juga membuktikan bahwa interaksi antara kebijakan dividen dan struktur modal berpengaruh signifikan terhadap future cash flow yang berarti struktur modal relevan dengan nilai perusahaan.
Teori Modigliani-Miller juga ditentang dengan adanya teori Trade-off (Mrealey & Myers, 1991; Pembeli Kayu Gaharu di Thailand DeAngelo & Masulis, 1980). Semakin banyak hutang semakin besar beban yang harus ditanggung perusahaan yaitu adanya agency cost, biaya kebangkrutan, keengganan kreditur untuk memberi pinjaman dalam jumlah besar (Turnbull, 1979). Trade-off theory menyatakan bahwa struktur modal optimal tercapai pada saat terjadi keseimbangan antara manfaat menggunakan hutang dengan biaya hutang.
Pengelolaan struktur modal untuk meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga saham tidak terlepas dari persepsi investor. Hal ini melandasi munculnya Pecking Order Theory yang membahas preferensi manajer dalam menentukan sumber pendanaan perusahaan (Suad,1996),. Menurut Donaldson (1961); Myers (1984); Myers & Majluf (1984) perusahaan memilih dana internal terlebih dahulu untuk membayar deviden dan investasi. Jika dana eksternal dibutuhkan, perusahaan lebih memilih hutang dibanding sumber dana eksternal lain.
Pembeli Kayu Gaharu di Thailand Perdebatan akan teori struktur modal mendorong dilakukannya berbagai penelitian tentang implikasi teori struktur modal tersebut. Ozkan (2001) mengemukakan bahwa terdapat pengaruh signifikan likuiditas, profitabilitas, dan pertumbuhan perusahaan dengan struktur modal. Hasil berbeda ditemukan oleh Mutamimah (2003) yang menyatakan faktor likuiditas perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan khususnya perusahaan go publik di Indonesia. Sementara, terdapatnya hubungan antara risiko bisnis dengan struktur modal menurut penelitian Bayless et.al (1994) dan Syukriy (2001) ternyata tidak sejalan dengan Cherry et.al(1995) dan Mutamimah (2003) yang berpendapat pengaruh risiko terhadap struktur modal perusahaan adalah tidak signifikan. Adanya perbedaan hasil penelitian tentang pengaruh likuiditas dan risiko bisnis terhdap struktur modal menunjukkan adanya inkonsistensi atas implikasi teori Trade-off dalam struktur modal perusahaan.
Titman & Wessels (1988); Rajan & Zingales (1995); Baskin (1989) dan Wiwattanakantang (1999) menemukan ada hubungan negatif antara profitabilitas dengan debt ratio. Pembeli Kayu Gaharu di Thailand Namun di Indonesia, penelitian yang dilakukan Hermendeito (2003) menunjukkan hal sebaliknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar